Masa Depan Generasi Muslim
Pada abad ke – 20 ini, pengaruh dari globalisasi ini sangat terasa dalam kehidupan sehari – hari. Kemajuan demi kemajuan dalam berbagai bidang seperti teknologi, komunikasi, dan transportasi sudah mengubah hampir separuh dari pola hidup. Ditambah lagi dengan kenyataan menjamurnya penyimpangan – penyimpangan yang dilakukan oleh separuh orang – orang yang hidup di era globalisasi ini.
Semuanya terjadi karena kita terpengaruh dengan kemajuan yang di tawarkan oleh dunia teknologi, komunikasi, transportasi, entertainment, dll. Padahal apa? Semua itu akan menjadi suatu jalan khususnya bagi generasi muslim, untuk membutakan mata kita agar kita tersesat. Jika kita tidak mempunyai suatu dasar yaitu IMAN & ISLAM, semua hanya bernilai NOL! Dengan Iman & Islam, kita dapat merasakan indahnya kemajuan karena kita menggunakan, memanfaatkan semua itu dengan baik dan benar,
Tapi, apakah sesungguhnya hakikat ilmu dan teknologi dalam ISLAM ??
Pandangan Al – Qur’an mengenai ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip - prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW.
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-mu yang Menciptakan
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Bacalah, dan Tuhan-mu lah yang Maha Pemurah
Yang Mengajar manusia dengan perantaraan kalam
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
(Q.S. Al – ‘Alaq,96:1-5)
Wahyu pertama tersebut tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Allah menghendaki umatnya membaca apa saja selam abacaan tersebut bismi rabbik, dalam artian bermanfaat untuk kemanusiaan.
Pengulangan perintah membaca dalam wahyu pertama ini bukan sekadar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak akan diperoleh kecuali mengulang – ulang bacaan ataupun membaca sampai batas maksimal kemampuan. Tetapi hal itu untuk mengisyaratkan bahwa mengulang – mengulang bacaan bismi rabbik ( demi Allah) akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru walaupun yang di baca masih itu – itu juga.
Demikian pesan yang terkandung dalam iqra’ wa rabbukal akram ( bacalah Tuhanmu yang Maha Pemurah). Oleh karena itu kita harus mencari ilmu dengan istiqomah, karena Allah dan Rasulnya telah menyuruh kita untuk mencari ilmu. Dan tahukah kamu bahwa kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al – Qur’an? Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan.
Dalam pandangan Al – Qur’an, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk – makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang di jelaskan Al – Qur’an pada surat Al – Baqarah 31-32…
Artinya:
31. Dan Dia mengajarkan kepada anak Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu Berfirman, “ Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang yang benar!”
32. Mereka menjawab, “ Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau Ajarkan kepada-kami; sesungguhnya engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Lalu, bagaimana pandangan Islam tentang Teknologi??
Menelususuri apndanga Al- Qur’an tentang teknologi, mengundang kita menengok sekian banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam raya. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al – Qur’an yang berbicara tentang materi dan fenomenanya, dan yang memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan ala mini. Secara tegas dan berulang – ulang Al-Qur’an menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia.
Artinya:
13. Dan Dia Menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, ( sebagai Rahmat ) dari pada – Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar – benar terdapat tanda – tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.
( Q. S. Al – Jatsiyah,45:13)
Jadi, dapatkah dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang di anjurkan oleh Al – Qur’an??
Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada dua catatan yang perlu diperhatikan …
Pertama, ketika Al-Qur’an berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, terlihat secara jelas bahwa isinya selalu dikaitkan denga kebesaran dan kekuasaan Allah. Ini berarti bahwa sains dan hasil – hasilnya harus selalu mengingatkan manusia terhadap kehadiran dan kekuasaan Allah SWT., selain juga harus memberi manfaat bagi kemanusiaan.
Kedua, Al-Qur’an sejak dini memperkenalkan Sakhkhara yang maknanya adalah kemampuan meraih dengan mudah segala yang dibutuhkan, dapat dimanfaatkan dari alam raya melalui keahlian di bidang teknik. Sedangkan arti harfiahnya adalah agar alam raya dengan segala manfaat yang dapat di raih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia.
Bukankah manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah? Jika khalifah tunduk atau ditundukkan oleh alam, maka ketundukkan tersebut tidak sejalan dengan maksud Allah Swt.
Dari kedua catatan, kita bisa menyimpulkan bahwa teknologi dan hasil – hasilnya harus mengingatkan manusia kepada Allah, dan juga harus mengingatkan bahwa manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala yang berada di alam raya ini.
Berdasarkan petunjuk kitab sucinya, seorang muslim dapat menerima hasil – hasil teknologi yang sumbernya netral, dan tidak menyebabkan maksiat, serta bermanfaat bagi manusia, baik mengenai hal – hal yang berkaitan dengan unsur sosial manusia, maupun unsur keagamaan manusia.
Seandainya penggunaan satu hasil ilmu teknologi telah melalaikan seseorang dari zikir dan tafakur, serta mengantarkannya kepada runtuhnya nilai kemanusiaan seperti aborsi, pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, bunuh diri, perang, pembantaian, dll. Maka ketika itu, bukan hasil ilmu dan teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan dan mengarahkan manusia yang menggunakan ilmu dan teknologi itu.
Karena jika hasil teknologi sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaan, maka sejak awal kehadirannya akan ditolak oleh Islam. Oleh karena itu, menjadi suatu tantangan besar bagi kita untuk bagaimana mengarahkan ilmu dan teknologi yang dapat berjalan seiring dengan nilai – nilai keislaman, atau dengan kata lain bagaimana memadukan pikir dan zikir, ilmu dan iman.
Maka dari itu penting bagi kita untuk memaknai hidup kita, jangan takut pada perubahan dan jangan lari dalam ketakutan! Yakini bahwa kita akan selalu mempunyai tempat berlindung yang paling aman di seluruh dunia sampai akhir zaman, yakni Allah SWT.
Alhamdulillah…..
Dan kita harus bersatu dan teguh dalam memerangi musuh kita yaitu syetan yang telah mengumandangkan sumpahnya untuk selalu menyesatkan manusia.
Allahhu akbar!
-Mutiarahikmah-
Pada abad ke – 20 ini, pengaruh dari globalisasi ini sangat terasa dalam kehidupan sehari – hari. Kemajuan demi kemajuan dalam berbagai bidang seperti teknologi, komunikasi, dan transportasi sudah mengubah hampir separuh dari pola hidup. Ditambah lagi dengan kenyataan menjamurnya penyimpangan – penyimpangan yang dilakukan oleh separuh orang – orang yang hidup di era globalisasi ini.
Semuanya terjadi karena kita terpengaruh dengan kemajuan yang di tawarkan oleh dunia teknologi, komunikasi, transportasi, entertainment, dll. Padahal apa? Semua itu akan menjadi suatu jalan khususnya bagi generasi muslim, untuk membutakan mata kita agar kita tersesat. Jika kita tidak mempunyai suatu dasar yaitu IMAN & ISLAM, semua hanya bernilai NOL! Dengan Iman & Islam, kita dapat merasakan indahnya kemajuan karena kita menggunakan, memanfaatkan semua itu dengan baik dan benar,
Tapi, apakah sesungguhnya hakikat ilmu dan teknologi dalam ISLAM ??
Pandangan Al – Qur’an mengenai ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip - prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW.
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-mu yang Menciptakan
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Bacalah, dan Tuhan-mu lah yang Maha Pemurah
Yang Mengajar manusia dengan perantaraan kalam
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
(Q.S. Al – ‘Alaq,96:1-5)
Wahyu pertama tersebut tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Allah menghendaki umatnya membaca apa saja selam abacaan tersebut bismi rabbik, dalam artian bermanfaat untuk kemanusiaan.
Pengulangan perintah membaca dalam wahyu pertama ini bukan sekadar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak akan diperoleh kecuali mengulang – ulang bacaan ataupun membaca sampai batas maksimal kemampuan. Tetapi hal itu untuk mengisyaratkan bahwa mengulang – mengulang bacaan bismi rabbik ( demi Allah) akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru walaupun yang di baca masih itu – itu juga.
Demikian pesan yang terkandung dalam iqra’ wa rabbukal akram ( bacalah Tuhanmu yang Maha Pemurah). Oleh karena itu kita harus mencari ilmu dengan istiqomah, karena Allah dan Rasulnya telah menyuruh kita untuk mencari ilmu. Dan tahukah kamu bahwa kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al – Qur’an? Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan.
Dalam pandangan Al – Qur’an, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk – makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang di jelaskan Al – Qur’an pada surat Al – Baqarah 31-32…
Artinya:
31. Dan Dia mengajarkan kepada anak Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu Berfirman, “ Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang yang benar!”
32. Mereka menjawab, “ Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau Ajarkan kepada-kami; sesungguhnya engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Lalu, bagaimana pandangan Islam tentang Teknologi??
Menelususuri apndanga Al- Qur’an tentang teknologi, mengundang kita menengok sekian banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam raya. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al – Qur’an yang berbicara tentang materi dan fenomenanya, dan yang memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan ala mini. Secara tegas dan berulang – ulang Al-Qur’an menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia.
Artinya:
13. Dan Dia Menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, ( sebagai Rahmat ) dari pada – Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar – benar terdapat tanda – tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.
( Q. S. Al – Jatsiyah,45:13)
Jadi, dapatkah dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang di anjurkan oleh Al – Qur’an??
Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada dua catatan yang perlu diperhatikan …
Pertama, ketika Al-Qur’an berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, terlihat secara jelas bahwa isinya selalu dikaitkan denga kebesaran dan kekuasaan Allah. Ini berarti bahwa sains dan hasil – hasilnya harus selalu mengingatkan manusia terhadap kehadiran dan kekuasaan Allah SWT., selain juga harus memberi manfaat bagi kemanusiaan.
Kedua, Al-Qur’an sejak dini memperkenalkan Sakhkhara yang maknanya adalah kemampuan meraih dengan mudah segala yang dibutuhkan, dapat dimanfaatkan dari alam raya melalui keahlian di bidang teknik. Sedangkan arti harfiahnya adalah agar alam raya dengan segala manfaat yang dapat di raih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia.
Bukankah manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah? Jika khalifah tunduk atau ditundukkan oleh alam, maka ketundukkan tersebut tidak sejalan dengan maksud Allah Swt.
Dari kedua catatan, kita bisa menyimpulkan bahwa teknologi dan hasil – hasilnya harus mengingatkan manusia kepada Allah, dan juga harus mengingatkan bahwa manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala yang berada di alam raya ini.
Berdasarkan petunjuk kitab sucinya, seorang muslim dapat menerima hasil – hasil teknologi yang sumbernya netral, dan tidak menyebabkan maksiat, serta bermanfaat bagi manusia, baik mengenai hal – hal yang berkaitan dengan unsur sosial manusia, maupun unsur keagamaan manusia.
Seandainya penggunaan satu hasil ilmu teknologi telah melalaikan seseorang dari zikir dan tafakur, serta mengantarkannya kepada runtuhnya nilai kemanusiaan seperti aborsi, pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, bunuh diri, perang, pembantaian, dll. Maka ketika itu, bukan hasil ilmu dan teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan dan mengarahkan manusia yang menggunakan ilmu dan teknologi itu.
Karena jika hasil teknologi sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaan, maka sejak awal kehadirannya akan ditolak oleh Islam. Oleh karena itu, menjadi suatu tantangan besar bagi kita untuk bagaimana mengarahkan ilmu dan teknologi yang dapat berjalan seiring dengan nilai – nilai keislaman, atau dengan kata lain bagaimana memadukan pikir dan zikir, ilmu dan iman.
Maka dari itu penting bagi kita untuk memaknai hidup kita, jangan takut pada perubahan dan jangan lari dalam ketakutan! Yakini bahwa kita akan selalu mempunyai tempat berlindung yang paling aman di seluruh dunia sampai akhir zaman, yakni Allah SWT.
Alhamdulillah…..
Dan kita harus bersatu dan teguh dalam memerangi musuh kita yaitu syetan yang telah mengumandangkan sumpahnya untuk selalu menyesatkan manusia.
Allahhu akbar!
-Mutiarahikmah-
0 Comments:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)